Kebanyakan ahli sejarah sepakat bahwa penamaan
Bani Israel dengan kaum “Ibrani” karena peristiwa penyeberangan Ibrahim a.s.
melintasi sungai Eufrat. Pendapat ini diperkuat dengan apa yang termaktub di
dalam Kitab Joshua:
“Demikianlah Tuhan Israel berfirman tentang
penyeberangan sungai itu, di mana leluhur kalian tinggal sejak dahulu kala, dan
bapak Ibrahim dan bapak Nahur, menyembah tuhan-tuhan lain. Maka Aku bawa
Ibrahim menyeberangi sungai itu dan berjalan di tanah Kana'an.” 14)
Majalah al-'Arabi Kuwait memuat sebuah artikel
yang ditulis oleh Pendeta Ishak Salka dengan judul Ma'nâ at-Tasmiyât li
asy-Syu'ub as-Sâmiyah ats-Tsalâtsah al-Kubrà” (Arti Nama-nama Tiga Bangsa Semit
Besar). Dalam tulisannya tersebut ia mengatakan, “Nama tersebut (Ibrani) tidak
muncul kecuali setelah Ibrahim a.s. menyeberangi sungai Eufrat.” 15) Pendapat
ini adalah pendapat yang paling mendekati kebenaran daripada pendapat-pendapat
lainnya.
Sedangkan sebutan “Orang-orang Israel
(Isra'iliyyIn)” atau “Bani Israel” adalah sebutan yang dinisbatkan kepada bapak
mereka, Israel, yakni Yakub ibn Ishak ibn Ibrahim a.s. Israel adalah kalimat
yang terdiri dan dua kata: isra, yang artinya hamba atau teman dekat, dan el,
yang artinya Tuhan. Maka arti Israel adalah hamba Tuhan atau teman dekat Tuhan.
Dan dalam kebanyakan bahasa Semit, bukan hanya dalam bahasa Ibrani, kata El
selalu bermakna Tuhan' 16)
Yakub a.s. memiliki dua belas anak laki-laki.
Al-Quran menyebut kisah Yakub dan anak-anaknya ini di berbagai tempat, di
antaranya di dalam surah Al-Baqarah ayat 133:
“Adakah kalian hadir ketika Yakub kedatangan
(tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kalian
sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan
nenek moyangmu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami
hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
Sedangkan penamaan mereka dengan “Yahudi” muncul
di saat mereka bertobat dan menyembah anak sapi. Mereka berkata, “Sesungguhnya
kami kembali (bertobat) kepada Engkau.” (QS. A1-A'râf: 156) Artinya, kami
bertobat dan kami kembali kepada-Mu.
Menurut sebuah riwayat, mereka dinamakan Yahudi
kareiia mereka bergerak-gerak (yatahawwad) ketika membaca Taurat. Menurut
riwayat lain, mereka dinamakan Yahudi karena dinisbatkan kepada Yehuda, anak
keempat Yakub a.s., yang nama aslinya adalah Yehuza, pemimpin bagi sebelas anak
Yakub lainnya. Beberapa ilmuan membenarkan pendapat mi.' 17)
Dr. Jawwad Ali mengatakan, “Istilah ‘Yahudi'
lebih luas maknanya daripada istilah ‘Ibrani' dan ‘Bani Israel'. Hal ini karena
istilah ‘Yahudi', selain disematkan kepada kaum Ibrani, juga disematkan kepada
orang-orang non-Ibrani yang memeluk agama Yahudi.” 18)
Sedangkan mengenai asal usul Yahudi, mereka termasuk
bangsa Semit. Beberapa pemerhati bahasa-bahasa Timur Dekat menemukan beberapa
kesamaan yang jelas antara mereka dan bangsa-bangsa Semit lainnya, seperti
Babilon, Assyria, Kana'an, Aram, Habasyah, Nabath, Arab dan lain sebagainya.
19) Mereka berasal dan Ibrahim a.s., yang memiliki kedudukan istimewa bagi tiga
agama besar dunia: Yahudi, Nasrani dan Islam. Ibrahim a.s. adalah salah seorang
nabi agung dalam sejarah manusia, karena ia berjuang mengajak kepada tauhid dan
akidah ketuhanan. Seluruh hidupnya adalah serial pengorbanan dan keikhlasan di
jalan Tuhannya. Jika kita perhatikan ayat-ayat al-Quran, kita akan menemukan di
sana beberapa peristiwa besar perjuangan Ibrahim dalam merealisasikan akidah di
tengah-tengah kaumnya, yang dilakukan dengan segenap keberanian, didasarkan
pada argumentasi rasional dan penuh pengorbanan.
Al-Quran seolah meminta kita untuk sejenak
memperhatikan beberapa. sifat Ibrahim a.s. Allah berfirman, “Sesungguhnya
Ibahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan.” (QS. An-Nahl: 120) Ia
sendiri adalah “umat” yang memiliki semua sifat mulia dan luhur. Al-Quran juga
mengatakan Ibrahim sebagai, “Patuh kepada Allah.” (QS. An-Nahi: 120) Yakni
seorang yang khusyu, berserah diri, taat dan mencintai Allah Tuhan semesta.
Allah juga mengakatakan Ibrahim dengan, “Hanif (cenderung kepada kebaikan). Dan
sekali-kali dia bukan termasuk orang-orang yang mensekutukan (Tuhan).” (QS.
AnNahl: 120) Yakni seorang yang mengesakan Allah dan ikhlas kepada-Nya. Allah
juga mengatakannya dengan, “(Lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.” (QS.
An-Nahl: 121) Yakni seorang yang selalu bersyukur atas nikmat dan karunia
Allah. Allah juga mengatakannya dengan sifat agung yang dimiliki setiap nabi,
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Qurcin) ini.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi.” (QS.
Maryam: 41) Sebuah penegasan tentang kejujuran dan kedalaman perkataannya.
Allah juga mengatakannya dengan sifat yang paling baik di antara sifat-sifat
lain, sebuah sifat yang dibutuhkan setiap manusia dan saudaranya, manusia lain,
yakni sifat amanah. Allah berfirman, “Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan
janji.” (QS. An-Najm: 37) Yakni seorang yang amanah, menunaikan segala perintah
Tuhannya dan taat pada setiap nilai dan keimanan. Oleh karena itu, nabi yang
mulia mi berhak menyandang karunia Allah berikut: “Allah telah memilihnya dan
menunjukkan kepadanya jalan yang lurus.” (QS. An-Nahi: 121)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar